Selasa, 01 November 2011

CERPEN : Selamat jalan sahabat

JUDUL : SELAMAT JALAN SAHABATKU
PENGARANG : FREDY FEBRIANTO


Ku lihat Hendra sahabatku berdiri tidak jauh di depanku, dia mengulurkan tangannya tanpa sepatah kata pun.
" Hendra " panggilku.
Namun dia tetap berdiri dengan tatapan kosong, wajahnya pucat. Ku hampiri dia semakin dekat.
" Hendra !! Ngapain loe di sini " tanyaku sambil ku tatap wajahnya yang juga menatapku dengan tajam.
" peluklah gue tuk terakhir kalinya Ed " Hendra mengulurkan kedua tangannya.
Aku pun langsung memeluknya dengan erat. Hanya sebentar aku memeluknya dia melepaskan pelukannya.
" maaf Ed, gue harus pergi " dia mundur dan terus mundur.
" loe mau kemana Ndra " tanyaku dan terus memandang wajahnya yang pucat.
Tanpa sepatah kata pun dia terus berjalan mundur semakin jauh, jauh, dan jauh.
" Hendra..!! Jangan tinggalin gue " teriakku.
Namun tetap dia diam seribu bahasa tanpa sepatah kata. Dan aku pun terus berteriak memanggilnya.
" Hendra..!! Hendra.. HENDRA.." Berulang kali aku berteriak memanggilnya.


Tiba-tiba


" nak, nak, kamu kenapa teriak-teriak " suara yang samar-samar terdengar di telingaku, dan kurasakan ada seseorang yang menggoyang goyangkan tubuhku.
Aku pun setengah sadar membuka mataku yang masih lengket serasa sekaleng lem membalut mataku (ah.. Lebay, hehehe).
" mama " ku lihat ibuku ada di hadapanku sedang menatapku dengan sembari memegang bahuku. Aku pun lega ternyata hanya mimpi.
" kamu kenapa nak, teriak-teriak manggil Hendra, kamu mimpi apa nak, ada apa dengan hendra sahabatmu itu nak " ibuku bertanya seperti pak polisi yang mengintrogasi tersangka.
" gak pa-pa ma " jawabku lirih karna aku masih sangat ngantuk.
" ya udah kalau gak pa-pa, udah pagi ni bangun gih sana, terus mandi " perintah ibuku sembari berdiri dari tempat tidurku.
" iya ma " jawabku singkatku lihat jam dinding di kamarku menunjukan jam 05.25. Lalu ibuku pun keluar dari kamarku.
Setelah ibuku keluar dari kamarku aku pun bangun dan duduk di tepian tempat tidurku, aku terdiam , termenung, gelisah, jutaan pertanyaan menghujam di benakku.
 " kenapa aku mimpi seperti itu, isarat apakah itu, apa yang terjadi dengan sahabatku Hendra " ku terus bertanya dalam hatiku.
Saat aku terhanyut oleh lamunanku tiba-tiba terdengar suara yang menggelegar bak petir yang menyambar membuyarkan dalamnya lamunanku.
" Edi..!! Di suruh cepet mandi juga, malah masih di situ " teriak ibuku yang menatapku dengan emosi di pintu kamarku.
" iya ma... " singkat jawabku.
Aku pun langsung beranjak bangkit dan berdiri langsung menuju kamar mandi.
***
Sebelum berangkat sekolah aku sarapan dulu bersama ayah, ibu, dan adiku.
" nak, kamu tadi mimpi apa sampai teriak-teriak manggil Hendra " sepertinya ibuku masih penasaran.
" gak pa pa ko' ma " jawabku sambil melayangkan sesendok nasi ke mulutku.
" bener nak gak ada apa apa ? " tanya ibuku kembali.
" iya ma, tenang aja gak usah kuatir, cuma mimpi aja " jawabku santai.
Ayahku yang dari tadi mendengarkan pembicaraan kami mulai terusik hatinya untuk ikut campur dalam pembicaraan kami.
" emang mimpi apa kamu Ed " tanya ayahku dengan penasaran.
" bukan mimpi apa apa ko' pa, mimpi biasa aja " jawabku.
" owh.. Ya udah lah gak usah di pikirin lagi, mimpi kan cuma bunga tidur " ucap ayahku.
 " iya pa "


Setelah selesai sarapan aku pun langsung pamit berangkat ke sekolah kepada orang tuaku, tidak lupa ku cium tangan mereka. Ku keluarkan motorku dari garasi dan ku panasi sebentar, ku ambil helm kesayanganku yang biasa menemaniku. Berangkat lah aku dengan motorku.
Di perjalanan aku teringat akan mimpiku tadi, kembali jutaan pertanyaan menghujam di benakku.
Apa ?
Kenapa ?
Mengapa ?
Aku gelisah di buatnya.
Berulangkali pertanyaan itu berlalu lalang mondar mandir di kepalaku. Fikiranku tak tenang, bimbang, gelisah. ketika ku sedang memacu motorku dengan fikiran berkecamuk tak karuan. tiba-tiba tanpa ku sadari pengendara lain yang sedang hendak menyebrangi jalan raya terserempet olehku, seketika orang itu hilang keseimbangan dan untungnya tidak jatuh. aku pun menghentikan laju motorku dan bergegas menghampiri orang itu.
" maaf pak, bapak gak apa-apa? " tanyaku dengan penuh rasa bersalah.
" gak apa-apa sih, tapi saya hampir jatoh, kalau naik motor tu hati-hati, lihatin jalan, yang pakai jalan ini bukan kamu aja " bapak itu marah padaku.
" maaf pak, aku gak sengaja " jawabku memelas.
" ya udah sana, saya gak apa-apa " menyuruhku pergi.
" baik pak, maaf ya pak "
Segera ku hampiri motorku, sebelum ku kenakan helmku ku lihat jam tanganku menujukkan jam 7.15.
" oh my god, gue hampir terlambat " batinku.
Langsung ku kenakan helmku dan langsung ku pacu motorku dengan kecepatan tinggi, namun di sebuah perempatan macet.
"sialan ni jalan, gue hampir terlambat ni " gerutuku.
kucoba menyelip di antara mobil-mobil besar yang berbaris secara beraturan. Tanpa peduli pengguna jalan lain aku terus memacu motorku. Ku lihat jalan di depan mataku sudah mulai tidak macet lagi, aku pun semakin kencang menarik gas motorku, namun tiba-tiba anak sekolah dengan motor kawasaki ninja RR sama seperti motorku menghalangi jalanku.
" sial ni motor " batinku.
Namun tanpa fikir panjang semakin kencang ku pacu motorku, saat dia hendak menyalip sebuah truk, aku yang tepat di belakangnya mendahluinya dan menyalip truk itu, dia yang sepertinya kaget dengan aku yang tiba-tiba muncul di sampingnya dan dia sedikit kehilangan keseimbangan. Ku lihat dari kaca sepionku motor itu mencoba mengejarku, namun dari arah berlawanan terlihat bus sedang melaju kencang, ahkirnya aku pun berhasil menyalip truk tersebut, namun motor yang hendak mengejarku mengurungkan niatnya setelah melihat bus dari arah berlawanan.Aku yang merasa telah terbebas dari kemacetan yang memuakan itu, terus saja ku memacu motorku tuk segera cepat sampai ke sekolah. Dan akhirnya sampai di sekolah jam 7.35. 5 menit aku terlambat tapi ternyata gerbang masih terbuka. Langsung saja ku menuju ke kelasku.


***


Teng.. Teng.. Bel istirahat berbunyi.
Langsung ku menuju kantin.
" Edi, tungguin " Terdengar seseorang memanggilku dari belakang, suara yang tidak asing lagi bagiku, Aku pun menoleh.
" eh.. Elo ndra, kenapa " tanyaku
." ah, elo ke kantin gak ajak ajak gua " hendra mengalungkan tangannya di bahuku.
" hahaha, emang lok kagak gua ajak ke sasar loe, palingan juga kesasar di kelasnya silvi " ledekku.
" ah.. Sialan loe " hendra meninju bahuku dengan pelan.
" hahaha, becanda doang ndra "
" katanya mau ke kantin, ayok.. Tapi bayarin ya "
" woiittss, enak aja loe, loe kate gue bapak loe, minta bayarin "
" hehe.. Becanda Ed " Hendra tersenyum.
Setelah selesai dari kantin aku mengajak hendra ke tempat pakiran.
" ndra, gue tadi pas berangkat sekolah nyerempet orang naek motor loh "
" ko' bisa !! " sontak dia sekidit teriak, dia terkejut mendengarnya.
" yee.. Biasa ja dong loe gak usah teriak gitu "
" gimana gue bisa biasa aja, lo hampir kecelakaan Ed, tapi lo gak pa-pa kan " dia memeriksa seluruh tubuhku, dia meraba tubuhku apakah ada luka.
" idiih.. Apaan sih loe, jangan homo ndra " ku lepaskan tangannya dari tubuhku
PLAAKK.. tangan kanannya terbang melayang dan mendarat dengan keras di kepalaku.
" homo palak loe itu " hendra terlihat kesal.
" aduh.. Sakit ndra " seraya ku mengelus-elus kepalaku.
" abis gue serius loe malah becanda " dia masih terlihat kesal.
" iya maaf " aku tersenyum dengan senyuman manisku (hehehe..).
" tapi serius kan loe gak pa-pa ? " sepertinya dia belum yakin.
" iya hendra satria wijaya yang cakep, yang ganteng, yang imut, gue gak pa-pa. " tegasku
." sukur deh " dia tersenyum dan terlihat lega.
" ntar balik sekolah lo ikut gue ya " lanjutnya bicara.
" kemana ? " aku penasaran.
" udah lah, loe ikut aja " dia meyakinkanku.
" oke bos.. Siap "
Teng.. Teng.. Teng.. Terdengar lonceng tanda jam istirahat telah usai.
" yuk cabut " ajak hendra.
" yuk.. " jawabku singkat.
Kami pun langsung menuju kelasku.


***


Teng.. Teng.. Teng.. Teng.. Terdengar 4x lonceng berbunyi yang menandakan jam belajar telah usai dan saatnya pulang.
" ndra " teriakku memanggilnya saat dia hendak keluar dari kelas, Dan dia pun menoleh kebelakang.
" kenapa Ed "
" jadi gak yang kata loe tadi " tanyaku sembari menghampirinya.
" jadi dong, ya udah yuk, ikutin gue dari belakang ya ntar " dia merangkul pundakku.
" oke mas broo " jawabku seraya meninggalkan kelas.
Kami pun langsung menuju ke parkiran, ku hampiri dua motor kawasaki ninja RR yang kebetulan memang kami minta di belikan motor yang sama, namun beda warna, punyaku hijau punya hendra merah. Langsung saja aku dan Hendra melesat meninggalkan sekolah, ku ikuti dia dari belakang sesuai dengan perintahnya. Hendra menyusuri jalan yang tak asing lagi bagiku, dan ternyata benar fikirku dia menuju sebuah danau yang biasa kita singgahi setelah pulang sekolah. Danau yang sangat indah, airnya biru sangat jernih terlihat ikan berlalu lalang di dalamnya, rumput-rumput hijau di tepi danau menari riang tertiup hembus sang angin, terdengar kicau burung bernyanyi bersahutan begitu merdu. Kami pun sampai dan memakirkan motor di bawah pohon albasiah yang terdapat di pingir danau.
" wah.. parah loe ndra, gue kirain kemana, ternyata cuma di sini doang " aku sedikit kesal.
" bukan tempatnya yang special ED, tapi sesuatu yang pengen gue kasih ke elo " hendra membuka tasnya.
" paan ndra ? " aku pun penasaran.
Dia mengeluarkan sesuatu yang terbungkus plastik hitam.
" ni Ed buat loe " dia menyodorkan benda tersebut.
" paan ni ? " tanyaku seraya mengambil benda tersebut.
" udah buka ja " dia menyuruhku.
Langsung saja ku buka plastik tersebut dan ku lihat ternyata isinya sepatu bola
." ni buat gue ndra " ku pegang sepatu tersebut.
" iya Ed, tu buat loe " tangan kanannya memegang bahu kiriku
" tapi gue kan gak ulang tahun ndra " aku merasa heran.
" ya gue kemarin ke toko olahraga Ed beli kaos Arsenal, di sono gue lihat ni sepatu, gue jadi inget elo, gue beli dah ni sepatu mau gue kasih ke elo Ed " dia menatapku.
" kapan lagi gue bisa kasih hadiah elo, lagian juga mumpung gue ada duit " lanjutnya.
Tiba-tiba aku teringat bahwa aku memiliki sebuah puisi yang telah lama ku buat yang ingin ku berikan kepada Hendra namun belum sempat.
" gue juga punya sesuatu buat loe ndra " seraya ku buka tas ku dan ku ambil sehelai kertas yang terlipat dan sedikit kusut karna terlalu lama dalam tas.
" mungkin ini tak berharga ndra, atau mungkin tak berarti buat loe, tapi hanya ini yang bisa gue kasih buat loe " ku buka lipatan kertas tersebut dan ku baca puisi tersebut di depannya.


" Sahabat...
Namamu begitu melekat di benakku
Jiwamu begitu erat memelukku
Saat hati terdampar teriris sepi
Kau berlabuh tuk hadir menemani
Saat ku tersesat dalam hitam kegelapan
Kau cahaya terang penunjuk jalan
Saat ku terjatuh terlukai kepedihan
Kau bangkitkan obati luka dengan senyuman
Saat hati bimbang terhanyut kesedihan
Kau menyapa bawa ceria berjuta harapan
Sahabat..
Indahnya waktu tlah kita lalui
Kebodohan ego yang butakan hati tlah kita jalani
Hiasi hari dengan seyum canda tawa tlah kita nikmati
Bila kenyataan kejam membawamu pergi
Tinggalkan rangkaian mimpi tak berarti
Kenanglah aku sebagai bingkisan hati
Simpanlah abadi hingga dunia telan jiwa ini "


Setelah selesai ku membaca puisi ku tatap wajahnya, terlihat jelas matanya berkaca-kaca.
" napa lo ndra? " tanyaku.
" idih.. cowo' ko' nangis, malu tu ma ikan di danau " lanjutku.
" gue gak nangis Ed, gue cuma terharu, seumur hidup gue baru kali ini ada orang yang bacain puisi buat gue " dia tampak terlihat serius.
melihatnya begitu terharu dengan mata berkaca-kaca tiba-tiba aku teringat akan mimpiku tadi pagi. langsung saja ku peluk dia.
" jangan pernah tinggalin gue ya ndra, loe sahabat terbaik gue, gue gak pengen kehilangan elo, loe harus janji ma gue ndra, loe gak bakal ninggalin gue " pelukanku semakin erat.
" maksud loe paan Ed, gue gak ngerti " dia terlihat keheranan.
" loe harus janji dulu ma gue ndra, kalau loe gak bakal ninggalin gue " ku coba meyakinkan.
" iya Edi Hari Setiawan, gue gak bakal ninggalin elo sampai gue mokat " tegasnya.
" emang kenapa sih ? " lanjutnya yang masih penasaran.
" gak pa-pa ko', ya udah lah gak usah di bahas " aku meyakinkannya.
" ya udah yuk foto-foto bareng berdua kita, dah lama kita gak foto bareng Ed " dia menarik tanganku.
di danau tersebut kami berfoto bersama menggunakan kamera ponsel 2MP miliknya. memang sedikit aneh, karna sebelumnya dia tidak pernah mengajaku berfoto, biasanya selalu aku yang mengajaknya. tapi aku tak memperdulikannya dan ku turuti ajakannya tuk berfoto bersamanya. Ada beberapa foto yang kita ambil, salah satunya foto kami yg posisinya di ambil dari atas (kayak anak alay gitu.. Hehehe).Setelah kami selesai berfoto ria aku dan dia berbaring di atas hamparan hijau rumput terbentang dan di payungi rindangnya pohon albasiah. Sejauh mata memandang terlihat pepohonan tinggi menjulang, Kicau burung burung bernyanyi pun menemani, betapa sejuknya berteduh dan berbaring di bawah pohon albasiah.
" Ed jam berapa " tiba-tiba dia bertanya.
" jam tiga ndra " ku lihat jam tanganku.
" balik yuk Ed " ajaknya
." yuk " singkat jawabku seraya ku beranjak bangkit dan berdiri.
Kami pun langsung menghampiri motor masing-masing. Ku naiki motorku dan helm sudah berada di tanganku hendak ku pakai.
" balapan yuk Ed " tiba-tiba ajaknya.
" males lah ndra, gue lagi gak mood buat ngebut-ngebut " jawabku seraya ku kenakan helm.
" ah.. Cemen loe Ed, biasanya juga elo yang ngajakin balapan, kenapa sekarang loe kayak banci gitu " tegasnya.
" iya deh " demi gengsi aku menurutinya.
" duluan sampai POM ya, yang kalah ngisiin bensin ceban "
" oke, sapa takut " jawabku penuh semangat.
Kami pun bersiap untuk balapan, mesin motor kami sudah di hidupkan dan siap di gigi satu.
" satu, dua, tiga " dia berhitung.
Tepat di hitungan ketiga ku lepaskan kopling seraya ku tarik gas motorku, motorku meluncur melesat dengan kecepatan tinggi, aku pun mendahuluinya dan dia menyusul di belakangku. Di antara mobil-mobil besar ku terus pacu motorku tanpa peduli resiko yang akan terjadi. Sekitar 500m sebelum sampai POM aku mengurangi kecepatan karna mobil di depanku mengerem, namun dari belakang hendra dengan kecepatan tinggi menyalipku dan menyalip mobil di depanku. tiba-tiba dari arah berlawanan sebuah bus melaju sangat kencang, Hendra yang menyalip mobil di depanku mendapati bus tersebut tepat di hadapnya.
BRRUAAKKK... SRROOOKKK.. Tabrakan pun tak terelaklan. Bus itu menabrak hendra dan seketika tubuhnya terpental, terpelanting dan terhempas ke udara, terjatuh, tersungkur dan berguling keluar jalan aspal. Bak boneka yang di lemparkan. sedangkan motornya pun terpental dan meluncur di aspal sejauh 10m. Aku melihat kejadian itu tepat di depan mataku. Serasa jutaan pisau terbang melayang menghujam dan menancap tepat di dadaku. Seketika ku rem motorku, dan masih di tengah aspal ku jatuhkan motorku dan ku berlari menghampirinya.
" HENDRAAA.. " teriakku sekuat tenaga.
Tepat di hadapku ku lihat tubuh penuh luka dan bersimbah darah dan helmnya pecah, langsung ku buka helmnya dan air mataku pun tak terbendung lagi mengalir begitu deras membasahi tubuhnya.
" ndra bangun ndra " ku goyang-goyangkan tubuhnya namun tak ada reaksi sedikitpun.
Ku peluk dia yang sedang tak sadarkan diri. Ku lihat bayak orang berkerumun mengelilingiku namun aku tak memperdulikannya tetap ku menangis dan memeluknya. Tak berselang lama kemudian terdengar suara ambulan, aku tidak tahu siapa yang memanggil ambulan. Ku lihat tiga orang keluar dari ambulan menghampiri aku dan hendra.
" awas dek, dia harus segera di larikan ke rumah sakit, biar kami yang mengurus " salah satu dari tiga orang tersebut memegang pundakku.
Segera ku lepaskan pelukanku dan ku biarkan petugas rumah sakit tersebut membawa hendra ke rumah sakit. Setelah mobil ambulan tersebut telah pergi menuju ke rumah sakit. Aku segera bangkit dan berdiri ku hampiri motorku yang sudah berada di pinggir jalan, aku tidak tau siapa yang memakirkannya di situ. Langsung saja Ku ikuti mobil ambulan tersebut dari belakang hingga sampai rumah sakit. Di perjalanan tak henti-hentinya air mataku mengalir.


***


Setelah sampai di rumah sakit aku ikuti hendra yang langsung di bawa ke UGD oleh perawat rumah sakit. Langkahku di hentikan seorang dokter tepat di pintu ruang UGD.
" adek tunggu di luar ya, biar kami yang tangani " dokter tersebut memegang pundakku.
" baik dok " singkat jawabku.
Setelah pintu ruang UGD di tutup aku langsung menelpon ibunya hendra.
" hallo tante "
" hallo, kenapa Ed "
" hendra kecelakaan tante "
" APA !!, kecelakaan " ibu hendra terdengar kaget.
" iya tante, sekarang lagi di rumah sakit "
" ya udah, sekarang tante langsung ke rumah sakit " terdengar tergesa-gesa.
Setelah selesai menelepon, Sekitar berselang 30 menit kemudian kedua orang tua Hendra tiba di rumah sakit. Mereka langsung menghampiri aku yang duduk di bangku yang berada di depan ruang UGD.
" gimana Ed Hendra " ibu hendra bertanya sembari menangis.
" hendra lagi di UGD tan, aku di suruh nunggu di luar " jawabku dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Aku dan kedua orang tua hendra menunggu di bangku yang tersedia di depan UGD. ibu hendra tak berhenti menangis, ku lihat ayah Hendra mencoba menenangkannya. Tak beselang lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD. Aku dan kedua orang tua Hendra langsung menghampirinya.
" gimana keadaan anak saya dok " ibu hendra bertanya dan air matanya terus mengalir.
" anak ibu mengalawi pendarahan hebat, ada beberapa tulangnya patah, keadaannya koma " jawab dokter tersebut.
" kami sekarang boleh masuk dok " tanya ibu hendra yang terlihat sudah tak sabar ingin anaknya.
" owh ya, silahkan bu " jawab dokter tersebut.
Aku dan orang tua hendra langsung masuk dan ku lihat hendra sedang terbaring dengan sekujur tubuh penuh perban, hanya kepalanya yang tidak di perban. Di situ ibu hendra menangis semakin menjadi-jadi, ayah hendra pun kembali menenangkannya. Tiba-tiba ponselku berdering dan ku lihat ternyata ibuku, aku pun ke luar dan mengangatknya.
" hallo "
" hallo nak, kamu dimana ?, ko' udah jam lima belum pulang " terdengar ibu khawatir.
" aku lagi di rumah sakit mah, hendra kecelakaan " jawabku.
" kecelakaan " ibuku terdengar kaget.
" ya udah nanti habis magrib mama ama papa ke rumah sakit " lanjutnya.
" iya mah " jawabku.


***


" asalamualaikum.. " terdengar suara dari luar.
" walaikumsalam.. " jawabku bersamaan dengan orang tua hendra.
Sekitar jam 7 malam orang tuaku datang menjenguk. Orang tuaku dan orang tua Hendra memang sudah kenal. Ibuku di sana mencoba memberi semangat kepada orang tua Hendra agar sabar. Setelah cukup lama di situ orang tuaku berpamitan untuk pulang.
" bu, waktu sudah larut malam, kami mau pamit pulang " ibuku berpamitan.
" oh.. Iya bu, makasih sudah mau menjenguk " jawab ibu hendra.
" ayo Ed kita pulang " ibuku mengajakku.
" gak mau mah, aku mau di sini aja, aku mau menemani Hendra ma, tolong mah izinkan aku " wajahku memelas.
" ya udah kalau itu mau kamu " ibuku merasa kasian.
Orang tuaku pun pulang dan aku menginap di rumah sakit untuk menemani Hendra bersama orang tuanya. aku pun tidur di samping Hendra. Aku tidur sangat lelap sekali karna tanpa sekali pun aku terjaga.
" Ed, Edi, bangun nak sudah pagi " terdengar suara samar-samar dan terasa ada orang yang memukul pelan bahuku.
Aku pun membuka mataku yang masih terasa ngantuk, ternyata itu suara ibu hendra.
" Ed, sudah pagi, cepet pulang sana, kamu kan harus sekolah " perintah ibu hendra.
" gak mau tante, aku mau di sini aja nemenin hendra " jawabku.
" udah Ed, biar tante aja yang nemenin hendra, kamu harus sekolah, ntar aja pulang sekolah kesini lagi " ibu hendra mencoba meyakinkanku.
" baik tante, tapi nanti kalau ada apa-apa kabari aku ya tan " pesanku pada ibu Hendra.
" iya Ed, nanti pasti tante kabarin " jawab ibu Hendra.
" makasih tan " ucapku.
" iya Ed, udeh gih sana, nanti terlambat " perintahnya.
" iya tan, permisi " ku beranjak bangkit dan berdiri dan keluar.
Aku pun langsung pulang menuju rumahku.sesampainya di rumah ku lihat adikku yang masih kelas 3 SD sedang memakai sepatu di depan pintu.
" kakak, baru pulang " dia menegurku.
" iya dek, mana mama " tanyaku
." ada kak, di dapur lagi masak, kakak dari mana ko' baru pulang " dia terlihat khawatir.
" dari rumah kak hendra dek " ku jawab yang tidak sebenarnya.
" ya udah kakak masuk dulu ya dek, mau mandi terus sekolah " lanjutku.
" iya kak " jawabnya.
Aku pun langsung masuk rumah dan mandi dan segera ku langsung berangkat sekolah tanpa sarapan dahulu, karna aku merasa tidak lapar.


***


Di sekolah aku selalu melamun teringat akan keadaan hendra.
" Edi heri setiawan " panggil pak Surya guruku sang sedang mengabsen.
Aku mendengarnya namun otakku tetap terpaku teringat akan hendra.
" woee.. Di panggil pak surya tu " temanku mengagetkanku.
Seketika aku tersadar dari lamunanku.
 " iya pak, hadir " jawabku kelabakan.
Aku pun mulai fokus ke kegiatan belajar namun di otakku selalu terbayang Hendra, Hendra dan Hendra. Ketika pak surya menanyakan hendra kemana, aku hanya bilang kalau hendra sakit. Kegiatan Belajar jauh berbeda dari hari biasa ketika tanpa Hendra. Aku yang biasanya aktif di kelas suka buat gaduh kini hanya terdiam dalam lamunan yang semakin menenggelamkanku. Tiba-tiba ponselku bergetar, ku lihat ibunya hendra, fikiranku mulai gelisah tak tenang. Aku pun segera meminta izin kepada pak surya untuk mengangkatnya. Dan dia pun mempersilahkan untuk mengangkatnya di luar.
" hallo tan, ada apa " tanyaku.
" Ed, hendra sudah pergi " terdengar suara serak dan tangisan ibu hendra. Fikiranku semakin tidak karuan.
" pergi gimana tan, aku gak paham " tanyaku yang belum jelas atas perkataan ibu hendra.
" hendra meninggal Ed " jawabnya.
JLEEGGEERR.. Seketika bak petir jutaan watt menggelegar dan menyambar tepat di kepalaku.
" APA tan, gak mungkin tan, gak mungkin " aku belum bisa percaya.
" memang benar Ed, Hendra sudah meninggal " suaranya begitu meyakinkan.
Seketika air mataku tak mampu terbendung lagi mengalir bersamaan dengan sayatan pisau yang merajam hati ku rasakan. Langsung ponsel ku tutup dan tanpa berpamitan dengan pak surya aku berlari menuju parkiran seraya ku masukan ponselku ke saku. Langsung ku raih motorku dan segera ku ke luar namun ku lihat gerbang tertutup.
" pak, buka gerbangnya. Ini penting " teriakku kepada satpam.
Satpam yang melihat aku terburu-buru dengan linangan air mata langsung membuka gerbang. Langsung aku menuju ke rumah sakit, sepanjang perjalanan yang ada di otakku hanyalah Hendra, Hendra dan Hendra.
Ketika tiba di rumah sakit langsung ku berlari menuju ruangan dimana Hendra di rawat. Ku buka pintunya terlihat ayah dan ibu hendra yang seperitnya menungguku. Ku lihat Hendra yang terbaring dan segala peralatan kedokteran sudah di lepas dari tubuhnya. Air mataku keluar semakin deras dan tangisanku pun semakin menjadi. Langsung Ku peluk tubuhnya.
" ndra bangun ndra, jangan tinggalin gue, loe udah janji gak bakal ninggalin gue, bangun ndra " ku goyang-goyangkan tubuhnya.
" udah Ed, Hendra sudah tenang di sana, jangan di tangisi lagi " ibu hendra memegang pundakku.
" enggak tante, Hendra gak boleh pergi, Hendra harus tetep bersamaku tan " aku merasa tidak rela.
" udah Ed udah, kamu harus rela, ini sudah takdir yang di atas " ibu hendra mencoba menenangkanku seraya mencoba mengangkatku untuk berdiri, Akhirnya aku pun berdiri.
" udah Ed, biarin suster mengurusnya, kita bawa pulang pulang Hendra " ucap ibu hendra.
" iya tan " jawabku singkat.
Jenazah Hendra pun akhirnya di bawa pulang untuk di urus dan segera di makamkan.


***


Sore harinya jenazah hendra di makamkan. Banyak orang melayat, sanak saudara keluarga Hendra Datang semua. Aku pun melayat bersama kedua orang tuaku. Ketika jenazah Hendra yang sudah terbungkus kain kafan di keluarkan dari keranda, aku tak dapat menahan kesedihanku, air mataku pun berlinang lagi. Ibuku yang berada tepat di sampingku memeluku.
" sabar nak, ini sudah kehendak allah " ucap ibuku yang masih memeluku.
Dan akhirnya jenazah hendra pun di makamkan, ketika semua orang yang melayat termasuk orang tuaku pulang, di situ hanya tersisa aku dan orang tua Hendra. Ku pegang nisan makamnya dan Ku menangis di atas makamnya.
" udah Ed, dia udah tenang di sana, ayo kita pulang " ajak ibu hendra.
" nggak mau tan, aku masih pengen di sini " jawabku dengan linangan air mata.
" ya sudah, kami pulang duluan ya Ed " Ucap ibu Hendra.
Dan akhirnya orang tua Hendra pulang meninggalkan tempat pemakaman tersebut. Dan hanya tersisa aku di tempat pemakaman.
" ndra ngapa loe tinggalin gue, loe udah janji gak akan ninggalin gue " ku sandarkan kepalaku di nisannya dan masih tetap menangis.
" ndra, gak pernah gue bayangin di kepala gue ndra, di sekolah kemaren hari terakhir kita sekolah bareng , sepatu itu, hadiah terakhir dari elo, di danau kemaren, hari terakhir kita kesana, dan foto kemaren adalah foto kita yang terakhir. ndra gue gak bakal bisa nemuin sahabat sejati seperti ela lagi ndra " lanjutku.
" gue janji ndra, bakal gue simpen selamanya sepatu dari elo ndra. Gue juga janji ndra gue gak akan naek motor ngebut-ngebut lagi, gue sayang elo ndra, elo sahabat sejati gue sepanjang hidup gue ndra " aku masih menangis di atas makamnya.
" udahlah dek, dia udah tenang di sana " terdengar suara dari arah belakang.
Aku menoleh kebelakang dan ku lihat ternyata penjaga makam.
" dia udah tenang di sana, percuma adek menangis, gak akan ngerubah apa-apa. kalau adek menangis dia juga akan ikut menangis, kalau adek tersenyum pasti dia juga tersenyum melihat adek. Lebih baik adek sekarang pulang dan berdoa untuknya, semoga dia di terima di sisiNYA " Lanjutnya.
" benar juga kata penjaga makam itu " batinku.
Aku pun beranjak bangkit dan berdiri dan ku hentikan tangisanku, aku pun langsung pulang ke rumah.


***


Sejak kepergian Hendra, aku sangat terpukul dan sangat merasa kehilangan. aku lalui hari-hariku jauh berbeda dengan ketika Hendra masih ada, aku yang awalnya aktif dan suka bercanda, kini menjadi seorang anak yang pendiam, suka melamun dan menyendiri. Dan sejak kepergian Hendra aku tidak pernah lagi naik motor ngebut. Karna aku sudah berjanji kepada Hendra sahabatku. Walaupun dia sudah tidak ada di dunia ini, namun dia selalu bersemayam dalam hati dan jiwaku selamanya. Dan takan pernah ku melupakannya sepanjang hidupku.


______T_A_M_A_T_______
_______________________


cerpen ini hanya fiktif belaka, hanya berdasarkan imajinasiku saja.jadi maaf jika kurang menarik. dan ku ucapkan banyak terima kasih karna telah sudi tuk membacanya.




Fredy Febrianto, 20 juni 2011, Tulang Bawang, Lampung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar